Upacara Mapas Adalah Salah Satu Tradisi Yang Sakral Dan Masih Di Jaga Oleh Masyarakat Betawi Karena Prosesi Ini Mencerminkan Kepercayaan. Dan penghormatan terhadap kehidupan baru yang hadir di tengah keluarga. Maka dalam budaya Betawi, Mapas di lakukan sebagai upacara adat yang menyambut kelahiran bayi. Sekaligus untuk memohon keselamatan dan perlindungan bagi sang bayi dari segala mara bahaya. Mapas memiliki makna yang dalam karena secara etimologis, kata “mapas” berasal dari istilah bahasa Betawi yang berarti “mengelap” atau “membersihkan”.
Sehingga upacara ini merupakan simbol pembersihan atau penyucian bayi dari berbagai hal yang di anggap kotor atau negatif dari kehidupan sebelumnya. Dan melindungi bayi agar tumbuh sehat, kuat, dan terlindung dari hal yang tidak di inginkan. Maka tradisi ini biasanya melibatkan ritual khusus yang di ikuti oleh keluarga besar dan di pimpin oleh tokoh adat atau sesepuh keluarga. Serta Upacara Mapas tidak hanya berfungsi sebagai perayaan kelahiran, tetapi juga sebagai permohonan keselamatan bagi bayi yang baru lahir. Karena mapas di pandang sebagai langkah awal memperkenalkan bayi kepada kehidupan dan adat istiadat masyarakat Betawi.
Pelaksanaan kegiatan ini umumnya berlangsung di rumah orang tua bayi. Yang biasanya di siapkan dengan berbagai peralatan dan bahan yang melambangkan doa serta harapan bagi bayi. Maka keluarga biasanya menyiapkan bahan seperti air bunga, beras kuning, daun kelor, dan pisang raja. Dan setiap bahan memiliki makna simbolis, seperti daun kelor yang di percaya dapat mengusir gangguan jahat dan beras kuning sebagai simbol kebahagiaan dan keberuntungan. Bayi di mandikan dengan air yang telah di campur dengan kembang tujuh rupa. Melambangkan keharuman dan harapan agar bayi memiliki sifat baik Upacara Mapas.
Upacara Mapas Bertujuan Untuk Menghapuskan Segala Unsur Yang Tidak Baik Dari Kehidupan Lampau
Prosesi memandikan ini di lakukan oleh orang yang di anggap memiliki kehidupan yang baik, sehat, dan sejahtera, agar harapan baik tersebut turut mengalir pada bayi. Oleh sebab itu setelah proses pemandian, di lakukan pembacaan doa yang di pimpin oleh sesepuh keluarga atau pemuka agama. Dan doa ini di panjatkan untuk meminta perlindungan serta berkat bagi bayi. Karena rambut bayi yang baru lahir akan di potong sebagai simbol penyucian, di mana rambut bayi di percayai membawa sisa dari kehidupan sebelumnya. Upacara Mapas Bertujuan Untuk Menghapuskan Segala Unsur Yang Tidak Baik Dari Kehidupan Lampau.
Sehingga bayi dapat memulai hidupnya dengan bersih dan penuh berkah. Dengan ritual terakhir adalah menaburkan beras kuning dan tepung tawar kepada bayi. Hal ini melambangkan kebahagiaan, harapan, dan restu dari keluarga serta masyarakat agar bayi hidup dalam keberuntungan dan kebahagiaan. Dari setiap elemen dalam tradisi ini mengandung simbolisme yang dalam melambangkan penyucian dan kebersihan. Air kembang ini di percaya mampu mengusir energi negatif. Dan daun kelor di yakini memiliki kekuatan magis untuk mengusir gangguan roh jahat atau energi buruk yang dapat mengganggu bayi.
Prosesi ini mengandung nilai penting yang di wariskan oleh masyarakat Betawi kepada generasi muda. Sehingga upacara ini mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan ikatan keluarga. Dan tradisi ini merupakan salah satu cara mempertahankan serta memperkenalkan budaya kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu melalui doa dan ritual dalam upacara ini, masyarakat Betawi meneguhkan kepercayaan mereka kepada Tuhan dan leluhur sebagai pemberi perlindungan. Maka di tengah perkembangan zaman, Upacara ini sudah mengalami penyesuaian, terutama bagi masyarakat Betawi yang tinggal di perkotaan.
Ritual Mungkin Di Sederhanakan Atau Bahkan Di Gabungkan Dengan Perayaan Lain Seperti Aqiqah
Beberapa Ritual Mungkin Di Sederhanakan Atau Bahkan Di Gabungkan Dengan Perayaan Lain Seperti Aqiqah. Namun, nilai inti dalam Mapas masih tetap di pegang teguh oleh masyarakat Betawi yang ingin tetap menjaga tradisi leluhur mereka. Oleh sebab itu tradisi ini merupakan warisan budaya yang kaya makna, mencerminkan kearifan lokal dan penghormatan terhadap kehidupan. Melalui upacara ini, masyarakat Betawi tidak hanya merayakan kelahiran seorang anak. Tetapi juga mewariskan nilai budaya yang penuh makna. Sehingga tradisi ini terus hidup dan memberikan identitas kuat bagi masyarakat Betawi. Sekaligus menjadi wujud rasa syukur dan harapan bagi setiap anggota keluarga yang baru lahir.
Tujuan dan makna prosesi ini dalam tradisi masyarakat Betawi sangat penting dan mendalam. Terutama terkait dengan penerimaan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga besar serta komunitas adat Betawi. Maka tradisi ini di lakukan sebagai bentuk permohonan perlindungan untuk bayi yang baru lahir. Oleh sebab itu melalui berbagai ritual dalam prosesi ini, keluarga berharap bayi akan selalu berada dalam perlindungan Tuhan. Dan terhindar dari mara bahaya serta pengaruh buruk yang mungkin bisa mengganggu kesehatannya atau perkembangannya. Salah satu tujuan utama Mapas adalah melakukan “penyucian” terhadap bayi.
Prosesi ini melibatkan pembersihan simbolis untuk menghilangkan pengaruh atau kotoran dari kehidupan sebelumnya yang mungkin masih melekat pada bayi. Maka dalam tradisi Betawi, hal ini di percaya akan membuat bayi bisa memulai hidupnya dengan “bersih” dan di berkati. Karena upacara ini juga bertujuan memperkenalkan dan menerima bayi sebagai anggota baru dalam keluarga besar, serta komunitas Betawi. Sehingga mapas menjadi momen pengumuman bahwa keluarga tersebut telah bertambah anggota. Dan hal ini di rayakan dengan suka cita serta doa bersama dari keluarga besar dan masyarakat di sekitarnya.
Menunjukkan Penghormatan Mereka Pada Tradisi Leluhur
Dalam masyarakat Betawi yang menjunjung tinggi nilai adat dan religius, Mapas adalah cara untuk menanamkan nilai ini sejak dini pada anggota baru. Maka dengan melakukan upacara ini, keluarga juga Menunjukkan Penghormatan Mereka Pada Tradisi Leluhur dan menjaga kepercayaan pada kekuatan spiritual. Oleh karena itu dalam prosesi ini, bayi di anggap memasuki fase kehidupan baru yang suci dan harus di hormati. Karena kehadiran bayi adalah anugerah, dan proses Mapas adalah simbolisasi rasa syukur kepada Tuhan. Sehingga bayi yang di bersihkan dengan air bunga dan di doakan ini melambangkan awal yang segar, bersih, dan di berkati.
Pelaksanaan Mapas juga mencerminkan rasa hormat kepada para leluhur dan nilai budaya yang mereka wariskan. Sehingga upacara ini bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga sebagai sarana untuk mengingat dan menjaga hubungan antara generasi terdahulu dan generasi baru. Oleh sebab itu dengan tetap menjalankan tradisi ini, keluarga Betawi menunjukkan penghargaan mereka terhadap nilai yang di wariskan. Karena setiap tahapan dalam Mapas, seperti memandikan bayi dengan air kembang tujuh rupa atau menaburkan beras kuning. Dan memiliki makna kebersihan dan perlindungan. Maka air kembang melambangkan kesucian, sedangkan beras kuning adalah simbol harapan akan kehidupan yang bahagia dan penuh rezeki bagi bayi.
Melalui tradisi ini keluarga memanjatkan doa agar bayi kelak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, berakhlak baik, dan sukses. Sehingga prosesi ini juga merupakan bentuk doa bagi keberhasilan masa depan anak, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Dan keluarga berharap anak akan menjadi pribadi yang berguna bagi keluarga, agama, dan masyarakat luas. Oleh sebab itu tujuan dan makna tradisi ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga memiliki aspek spiritual yang mendalam Upacara Mapas.